Assalamu'alaikum.. Annyeong Haseo..!! Welcome to My Blog.. Jeoneun Aulia Imnida.. Aku hanyalah seorang gadis biasa. yah, gadis biasa! biasa gak nangis, biasa gak marah, biasa gak makan, biasa gak mandi, dan masih banyak biasa-biasa lainnya! haha

Kamis, 26 September 2013

Sesal Dibalik Jeruji Pesakitan


Sesal Dibalik Jeruji Pesakitan
Dengan derai air mata kutuliskan kisah ini dibalik kebisuan dinding kelabu dan jeruji penjara.
Kelalaianku dalam menjalani hidup telah membawaku ke tempat ini. Sejuta penyesalan tiada arti, seluruh kenangan pahit telah berlalu dan imbasnya kini telah kujalani. Semoga masih ada secerca harapan di kehidupanku yang akan datang. Dan biarlah apa yang terjadi menjadi nikmat dalam hidupku, yang akan tetap kuingat di sepanjang riwayat kehidupanku.

Aku gadis berusia 23 tahun dan berwawasan luas, memiliki ijazah perguruan tinggi jurusan balaghah dan adab. Aku termasuk keluarga yang berada. Ayahku sukses dalam perniagaannya, namun sayang waktunya tersisa habis dengan teman-teman bisnisnya, hingga tidak tersisa sedikitpun waktu untukku dan keluarga. Ibuku tak ada bedanya. Ia wanita yang dingin, hampir tak pernah tersenyum. Tak pernah keluar sapaan lembut untukku, bahkan ia tak perduli sama sekali dengan keadaanku. Meskipun serumah, kami terasa amat jauh. Dan rumah ini yang kurasakan hanya kegersangan tiada kasih sayang. Tapi semua itu telah menjadi takdir ALLAH Swt. Dan apa yang Dia kehendaki pasti terlaksana.
Aku begitu kesepian, dan karena tipisnya iman, aku mencari pelarian di dunia yang salah. Pada akhir pendidikanku, aku mulai berkenalan dengan beberapa pemuda lewat perantara teman-teman wanitaku. Kalau sebelumnya aku dikenal sebagai mahasiswi yang giat dan cepat menghafal bait-bait adab, kini pikiranku terfokus menghafal nomor-nomor telepon para pemuda hingga menyita seluruh waktuku.
Mulanya perkenalan ini kujadikan sebagai ajang hiburan untuk mengusir kesepianku dan mengisi waktu senggang. Namun seiring berjalannya waktu, aku mulai menikmati semua itu. Aku ketagihan bertelpon ria dengan para pemuda dengan suara lembut mendayu.
Semua kian berkembang. Dari hanya berhubungan melalui telepon menjadi perjumpaan rutin para pemuda pemudi. Awalnya aku merasa takut dan ketakutanku itu selalu membayangiku, hingga semuanya sirna dan jiwaku pun menjadi mati.
Aku merasa disinilah aku menemukan cinta yang selama ini yang tak pernah kudapatkan. Sejak lahir hingga kini nyaris aku tak pernah mendapatkan kasih sayang dari kedua orang tuaku. Hingga kelulusanku dari kuliah aku rayakan bersama genkku. Dan disaat kedua orang tuaku tidak peduli dengan keadaanku, aku justru dibutuhkan oleh teman genkku. Mereka selalu berharap aku selalu hadir pada pertemuan bulanan mereka. Hingga karena situasi yang demikian dan jauh dari kontrol orang tua, aku terjerumus pada perbuatan zina, akibat rayuan para pemuda. Saat itu dunia gelap bagiku dan aku menjadi gamang.
Setelah kejadian itu aku pun. Menyesal. Aku pulang kembali ke rumah untuk menumpahkan tangis sesal. Aku mulai bangkit menjalankan shalat lima waktu dan bertekad tidak lagi berhubungan dengan genk itu.
Namun ada saja hal yang membuatku tetap berhubungan dengan teman wanitaku. Teman wanitaku mengatakan sangat kehilangan dan amat merindukanku. Hingga dia pun mengundang dan membujukku untuk datang ke pestanya sekali saja, karena sebentar lagi ia akan menikah. Ia menjamin, kalau pemuda itu tidak akan datang, karena undangan hanya terbatas pada para gadis teman kuliah .
Akibat pintarnya dia merayu dan bicara. Akhirnya aku menyetujui untuk datang ke pestanya. Apalagi kulihat ia benar-benar mengharapkan kehadiranku.
Awalnya yang datang hanya para gadis saja, namun selang waktu satu jam para pemuda mulai berdatangan. Dibalik kekagetanku akhirnya aku menolak untuk duduk dan memutuskan untuk pulang. Tapi sorotan para pemuda begitu tajam ke arahku, tawa mereka mengisyaratkan agar aku tetap ikut serta. Ketugahanku mulai melemah, apalagi setelah mereka meminta agar aku duduk meski hanya beberapa menit. Teringat kenangan masa lalu, akhirnya aku setuju.
Tiba-tiba, raungan serine mobil polisi mengejutkanku dan semua yang hadir di situ. Aku begitu gugup. Suara di luat meminta kami untuk menyerah dan tidak melakukan perlawanan. Suara di luar makin gaduh, mobil polisi semakin banyak dan akhirnya mereka masuk  menangkapi kami semua. Wajahku pias laksana kapas. Di pengadilan, hakim menjatuhkan vonis 3 bulan penjara karena keikutsertaanku bersenang-senang dengan berpetualang yang terlarang. Kini kupetik perbuatanku selama ini. Para pemuda itu menipuku dengan janji manis dan keharmonisan semu.
Sejatinya kenikmatan yang kudapat selama ini tidaklah ada artinya dibanding dengan rasa pahit yang kurasakan. Aku merasa selama ini tidak memiliki siapa-siapa. Padahal ada ALLAH yang Maha Penyayang. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar lagi Maha Mengabulkan doa. Semoga ALLAH Swt. Mengampuniku.

-Ummu Faros-
Majalah elfata     

Tidak ada komentar: