Sesal Dibalik Jeruji Pesakitan
Dengan derai air mata
kutuliskan kisah ini dibalik kebisuan dinding kelabu dan jeruji penjara.
Kelalaianku dalam menjalani hidup telah membawaku ke tempat
ini. Sejuta penyesalan tiada arti, seluruh kenangan pahit telah berlalu dan
imbasnya kini telah kujalani. Semoga masih ada secerca harapan di kehidupanku
yang akan datang. Dan biarlah apa yang terjadi menjadi nikmat dalam hidupku,
yang akan tetap kuingat di sepanjang riwayat kehidupanku.
Aku gadis berusia 23 tahun dan berwawasan
luas, memiliki ijazah perguruan tinggi jurusan balaghah dan adab. Aku termasuk
keluarga yang berada. Ayahku sukses dalam perniagaannya, namun sayang waktunya
tersisa habis dengan teman-teman bisnisnya, hingga tidak tersisa sedikitpun
waktu untukku dan keluarga. Ibuku tak ada bedanya. Ia wanita yang dingin,
hampir tak pernah tersenyum. Tak pernah keluar sapaan lembut untukku, bahkan ia
tak perduli sama sekali dengan keadaanku. Meskipun serumah, kami terasa amat
jauh. Dan rumah ini yang kurasakan hanya kegersangan tiada kasih sayang. Tapi
semua itu telah menjadi takdir ALLAH Swt. Dan apa yang Dia kehendaki pasti
terlaksana.
Aku begitu kesepian, dan karena tipisnya
iman, aku mencari pelarian di dunia yang salah. Pada akhir pendidikanku, aku
mulai berkenalan dengan beberapa pemuda lewat perantara teman-teman wanitaku.
Kalau sebelumnya aku dikenal sebagai mahasiswi yang giat dan cepat menghafal
bait-bait adab, kini pikiranku terfokus menghafal nomor-nomor telepon para
pemuda hingga menyita seluruh waktuku.
Mulanya perkenalan ini kujadikan sebagai
ajang hiburan untuk mengusir kesepianku dan mengisi waktu senggang. Namun
seiring berjalannya waktu, aku mulai menikmati semua itu. Aku ketagihan
bertelpon ria dengan para pemuda dengan suara lembut mendayu.
Semua kian berkembang. Dari hanya berhubungan
melalui telepon menjadi perjumpaan rutin para pemuda pemudi. Awalnya aku merasa
takut dan ketakutanku itu selalu membayangiku, hingga semuanya sirna dan jiwaku
pun menjadi mati.
Aku merasa disinilah aku menemukan cinta yang
selama ini yang tak pernah kudapatkan. Sejak lahir hingga kini nyaris aku tak
pernah mendapatkan kasih sayang dari kedua orang tuaku. Hingga kelulusanku dari
kuliah aku rayakan bersama genkku. Dan disaat kedua orang tuaku tidak peduli
dengan keadaanku, aku justru dibutuhkan oleh teman genkku. Mereka selalu
berharap aku selalu hadir pada pertemuan bulanan mereka. Hingga karena situasi
yang demikian dan jauh dari kontrol orang tua, aku terjerumus pada perbuatan
zina, akibat rayuan para pemuda. Saat itu dunia gelap bagiku dan aku menjadi
gamang.
Setelah kejadian itu aku pun. Menyesal. Aku
pulang kembali ke rumah untuk menumpahkan tangis sesal. Aku mulai bangkit
menjalankan shalat lima waktu dan bertekad tidak lagi berhubungan dengan genk
itu.
Namun ada saja hal yang membuatku tetap
berhubungan dengan teman wanitaku. Teman wanitaku mengatakan sangat kehilangan
dan amat merindukanku. Hingga dia pun mengundang dan membujukku untuk datang ke
pestanya sekali saja, karena sebentar lagi ia akan menikah. Ia menjamin, kalau
pemuda itu tidak akan datang, karena undangan hanya terbatas pada para gadis
teman kuliah .
Akibat pintarnya dia merayu dan bicara.
Akhirnya aku menyetujui untuk datang ke pestanya. Apalagi kulihat ia
benar-benar mengharapkan kehadiranku.
Awalnya yang datang hanya para gadis saja,
namun selang waktu satu jam para pemuda mulai berdatangan. Dibalik kekagetanku akhirnya
aku menolak untuk duduk dan memutuskan untuk pulang. Tapi sorotan para pemuda
begitu tajam ke arahku, tawa mereka mengisyaratkan agar aku tetap ikut serta.
Ketugahanku mulai melemah, apalagi setelah mereka meminta agar aku duduk meski
hanya beberapa menit. Teringat kenangan masa lalu, akhirnya aku setuju.
Tiba-tiba, raungan serine mobil polisi
mengejutkanku dan semua yang hadir di situ. Aku begitu gugup. Suara di luat
meminta kami untuk menyerah dan tidak melakukan perlawanan. Suara di luar makin
gaduh, mobil polisi semakin banyak dan akhirnya mereka masuk menangkapi kami semua. Wajahku pias laksana
kapas. Di pengadilan, hakim menjatuhkan vonis 3 bulan penjara karena
keikutsertaanku bersenang-senang dengan berpetualang yang terlarang. Kini
kupetik perbuatanku selama ini. Para pemuda itu menipuku dengan janji manis dan
keharmonisan semu.
Sejatinya kenikmatan yang kudapat selama ini
tidaklah ada artinya dibanding dengan rasa pahit yang kurasakan. Aku merasa
selama ini tidak memiliki siapa-siapa. Padahal ada ALLAH yang Maha Penyayang.
Sesungguhnya Dia Maha Mendengar lagi Maha Mengabulkan doa. Semoga ALLAH Swt.
Mengampuniku.
-Ummu Faros-
Majalah elfata
Tidak ada komentar:
Posting Komentar