Assalamu'alaikum.. Annyeong Haseo..!! Welcome to My Blog.. Jeoneun Aulia Imnida.. Aku hanyalah seorang gadis biasa. yah, gadis biasa! biasa gak nangis, biasa gak marah, biasa gak makan, biasa gak mandi, dan masih banyak biasa-biasa lainnya! haha

Sabtu, 01 Agustus 2015

Sampai menutup mata *part 3*

Karya Inggrid Widya

Sebulan setelah perpisahan itu, perpisahan Uli dan Indra, perpisahan yang benar benar terakhir kalinya. Tidak akan ada lagi tatap muka di antara mereka, tidak akan ada lagi canda tawa mereka, tidak akan ada lagi kebersamaan mereka. Semuanya tinggal harapan, semua tinggal kenangan, semuanya berakhir !

***

terlihat seorang gadis tengah duduk dibawah pohon besar. Dia berada di taman tempat dimana Indra mengajaknya untuk terakhir kalinya. Dia Uli. Dia hanya memandang fokus kedepan, entah apa yang ada di benaknya pada saat itu, yang jelas dia terlihat sangat kacau dari biasanya, kedua kelopak matanya bengkak. Bahunya terlihat naik turun yang itu artinya dia sedang menangis. Sesekali isakannya terdengar. Tangisannya sangat pilu menyayat hati.

“AAAAAaaaaaRRrgggg” teriakan Uli sambil menjambak rambutnya sendri. Suaranya terdengar parau.

“kamu jahat Ndraa. Jaaahhaat ! Hiks. Mana janji mu Ndra.mana? hiks. Kamu ninggalin aku sendiri Ndra. Sendiri ! “. Teriak Uli lagi yang kini tangan kanannya menutup separuh dari wajahnya.

“aku sekarang ada di sini Ndra. Tempat dimana kamu buat janji ke aku.hiks.  Belum lama kamu buat janji sama aku tapi kamu malah pergi Ndra. Kamu bohong. Kamu pengecut. Buktikan semua janjimu Ndra. Buktikan. Hiks “ suara Uli terdengar bergetar. Kini dia bertekuk lutut dengan air mata yang semakin berlomba lomba keluar.

***

Di rumah Indra terlihat sangat sepi. Tidak ada aktifitas sama sekali. Rumah yang dulunya ramai, sekarang hanya ada isakan dari kedua orang tua Indra.

*flashback on*
Setiba di bandara, Indra dan Ibunya langsung menuju Hotel dan beristrahat.
Indra terlihat sangat kelelahan, dia merebahkan badannya di sofa kamar hotel itu, mukanya sangat pucat. Ibu Indra yang melihat keadaan anaknya seperti itu, segera mengambilkan obat dan menyuruh meminumnya.

“badanmu panas sekali nak. Kita ke rumah sakit yah” kata ibu Indra sambil meletakkan punggung tangannya di tengkuk Indra.

“ga usah mah, Indra ga papa”. Jawab Indra lemah

“kamu ini. Sudah keadaan seperti ini, masih saja bilang ga papa”. Balas ibu Indra dengan nada tinggi. Indra hanya diam tanpa membalas kata kata ibunya lagi.

***

Di rumah sakit Indra terlihat terbaring lemah di kamar inap bernomor 0810 (tanggal jadian mereka :p). Infuse di tangan sebelah kirinya telah terpasang dan itu membuat dia harus di rawat. Dokter tidak mengizinkannya banyak bergerak karena kondisi fisiknya saat itu sangat lemah. Indra sempat menolak untuk di rawat namun ibunya tidak mengikuti permintaan anaknya.

“gimana keadaan anak saya dok?”. Ibu Indra

“ibu berdoa saja, untung ibu membawanya cepat ke RS. Jangan biarkan dia kelelahan dan jangan buat dia berfikir banyak, permisi !”. ucap dokter itu kemudian menyusul para perawat yang telah berjalan lebih dulu. ibu Indra kemudian berdiri di samping Indra, mengelus lembut rambut Indra.

“mama sudah bilang nak, jangan paksa keadaan, kamu itu sakit”. Air mata ibu Indra menetes

“ma-aa-fin in-dra mah, ma-af u-dah bu-at ma-ma kha-wa-tir”. Indra terdengar sangat susah mengeluarkan suaranya. Ibu Indra hanya menangis mendengar penuturan anaknya.

“tuhan sembuhkan aku, beri aku kekuatan untuk semua ini. Aku tidak ingin membuat mama khawatir, aku tidak ingin melihat air mata mama. Maafin Indra mah, buat mama khawatir seperti ini”. Batin Indra

“kamu istrahat yah, jangan banyak gerak. Mama mau beritahu papa kamu”. Ibu Indra kemudian memasangkan selimut ke anaknya hingga menutupi sebagian dari badannya lalu kemudian berlalu meninggalkan Indra.

***

Berapa hari Indra di rawat di RS, bukannya membaik malah makin parah, Indra tidak sadarkan diri, dia di pindahkan di ruangan ICU.

“Indra kenapa pah. hiks?”. Ibu Indra menangis sedari tadi

“dia tidak kenapa kenapa mah, kita doakan saja yang terbaik untuk anak kita”.
Tak lama dokter yang memeriksa Indra keluar dari ruangan ICU bersama perawat yang memindahkan Indra dari ruang inap.

“dok anak saya gimana dok?”. Tanya ibu Indra yang kemudian menghapus air matanya.

“penyakitnya makin memburuk, Ibu Bapak berdoa saja semoga dia bisa melewati masa kritisnya, saya permisi”. Ucap dokter itu kemudian berlalu meninggalkan orang tua Indra.

“pah Indra pah, anak kita pah. Hiks”. Ucap Ibu Indra, air matanya jatuh sejadi jadinya. Ayah Indra tidak bisa berkata kata lagi, matanya memerah.

Di dalam ruangan ICU terlihat Indra yang telah di pasangkan ventilator untuk membantu pernapasannya, keadaannya sangat kritis.

“kamu bertahan nak, kamu harus kuat, lewati masa kritismu”. Ucap ayah Indra yang ternyata lebih dulu masuk di ruangan ICU karena hanya satu orang yang diperbolehkan masuk.

“papa ada di sini nak, bangun Ndra, buka matamu nak”. Lanjut ayah Indra sambil mengelus lembut rambut Indra dan ternyata ayah Indra meneteskan air matanya. Namun ayah Indra tidak berlama lama dalam ruangan itu, dia tidak bisa melihat anaknya dalam keadaan seperti itu. Giliran ibu Indra yang masuk melihat anaknya, dengan langkah yang terkatung katung ibu Indra mendekati anaknya. Tangisan Ibu Indra semakin pecah. Dia tidak bisa mengeluarkan kata kata. Isakannya sangat pilu.

“hiks.hiks.hiks.. Indra..Ndra..bangun nak. Jangan buat khawatir mama nak hiks”. Ibu Indra menggenggam tangan anaknya. Tak ada lagi suara lain selain isakan tangis ibu Indra di ruangan itu.

***

Sudah tiga hari Indra koma, kondisinya sangat memburuk.

“Ndra bangun nak, sadar nak. Kamu pasti bisa lewati ini semua, buka matamu nak. Hiks”. Suara ibu Indra sangat bergetar.

“Tuhan sadarkan anakku, hiks. Ayo bangun Ndra, buka matamu nak. Liat mama Ndra hiks”. Kata kata itu yang terus terucap di mulut ibu Indra. Dan entah kenapa setelah ibu Indra berbicara seperti itu, air mata Indra mengalir deras dipipinya. Ibu Indra yang menyadari itu langsung menghapus air mata Indra dikedua kelopak matanya.

“kamu dengar mama kan nak, ayo bangun Ndra. Bangun nak”

*flashback off*

“Ting-tong”

bel itu berbunyi memecah keheningan didalam rumah Indra.

“assalamualaikum”

“walaikumsalam” jawab Ibu Indra yang kemudian beranjak membukakan pintu rumahnya.

“uli? Masuk nak”. Uli hanya membalas senyuman lalu kemudian masuk dalam rumah Indra

“gimana kabar kamu nak? Maaf anak tante tidak bisa menjagamu lebih lama, maafkan anak tante pergi meninggalkanmu, sosok Indra tidak akan ada lagi. Tuhan lebih menyayanginya” semua penuturan ibu Indra, Uli cerna satu per satu yang membuat air mata Uli lagi dan lagi tumpah.

“biasanya jam segini Indra selalu duduk di teras luar sambil memainkan gitarnya, sekarang tidak ada lagi, tante rindu sama Indra. Tante rindu anak tante”

bukan hanya tante yang rindu indra, tapi saya juga tante, saya juga sangat rindu sosok Indra, laki laki yang selalu ada di saat saya butuh, laki laki yang buat saya lebih tegar menghadapi semua masalah, laki laki yang mensupport saya saat saya lelah. Saya rindu tan, saya rindu, saya rindu anak tante”. Batin Uli. Uli kini duduk tepat disamping Ibu Indra. Memegang lembut tangan ibu Indra dan berusaha meyakinkan kalau Indra sekarang berada ditempat yang jauh lebih indah.

“tante harus sabar, harus kuat, Indra disana tidak ingin melihat tante terus terusan seperti ini”. Ucap Uli yang terlihat menegarkan dirinya pula, meyakinkan dirinya kalau Indra tidak ingin melihatnya jauh lebih sakit dengan kepergiannya. Uli yang masih memegang tangan ibu Indra tidak sengaja menyentuh cincin yang ibu Indra pakai di jarinya.

“tan cincin itu?”. Spontan kata kata itu keluar dari mulut Uli.

“cincin ini dari jari Indra. Cincin ini terlepas di jarinya setelah dia tidak ada lagi. Dia memakainya sampai hembusan terakhirnya. Sewaktu dia sakit, tente sempat melepasnya pada saat dia tidur. Tapi dia terbangun dan langsung memakainya kembali. Dia tidak ingin melepas cincin itu. Dia sangat menjaga cinta mu nak. Bahkan sampai dia menutup mata”. Ucap Ibu Indra yang sedari tadi hanya menatap kedepan dengan air mata yang begitu banyak keluar.

“indraaaa”. Teriak kecil Uli dan air matanya pun lagi lagi keluar deras.

***

“tiga bulan lalu kamu yang mengatarku ke makam ayah dan sekarang aku harus berziarah di makam mu juga. Kamu tau ini sangat menyakitkan Ndra. Maaf jika kali ini aku menangis lagi. Tapi ku mohon biarkan aku menangis agar sakit ini berkurang. hiiks”. Batin Uli.

“perubahan menjadi lebih baik lagi, menurut saya. tapi entah mungkin perubahan ini menjadi lebih aneh menurut orang lain. Hidup yang ku jalani sekarang jauh lebih datar dari sebelumnya, orang orang di sekitarku selalu melakukan hal hal di luar dugaanku dan itu yang membuatku berbuat sesuatu hal yang bukan kebiasaannku. Saya lelah dengan semuanya, saya capek. maafkan jika sampai sekarang saya belum bisa menepati janji. maafkan saya. karena sosok sepertimu tidak bisa ku dapatkan di diri orang lain, sosok yang apa adanya dalam mengutarakan perasaan. Sudah lama kepergianMu dan selama itu, mati rasa dengan perasaanku, anehkan? Tapi itulah yang terjadi sayang. Miss you always, masih belum bisa move on Ndra, gembok itu masih terkunci rapat hingga sampai saat ini. And you know what? Tidak lama lagi kuliahku berakhir. Saya butuh seseorang untuk dijadikan tempat bersandar, saya butuh orang yang selalu memberi motivasi dan semangat buatku. Kamu satu satunya yang mampu mengerti. Kamu tau betapa kesepiannya saya selama ini? Terimah kasih pernah hadir di kehidupanku. Miss u sayang.” (kutipan Uli).

Sekian~

Maaf baru sempat posting. Baru kesampaian soalnya maklum orang sibuk, hehe *peace* . maafkan juga kalau ceritanya ga jelas, alay, tidak nyambung atau apalah itu. Saya masih belajar ! cerita “sampai menutup mata” ini kisah nyata dari kakak saya. saya berbagi sedikit. Saya terinspirasi dengan kisah romantis nan dramatis mereka. Tapi sayang ga sampai jodoh, hiks :” . oh iya. Bagi kalian yang sempat baca tulisan ini, mohon minta doa untuk kakak saya yah :’) semoga berada di tempat yang indah dan tenang, amin. Buatt kakak Indra, cium peluk kangen dari adikmu semua. Mama dan bapak baik baik saja di sini. Tenang saja, biar perjuanganMu saya yang lanjutkan. Baik baik di sana yah brother. Semua merindukanmu 

Tidak ada komentar: